PENGERTIAN DAN TEKNIK JURNALISTIK
Oleh : Jejep Falahul Alam
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan
oleh kedua belah pihak. Satu pihak sebagai pewawancara, atau pihak yang
mengajukan pertanyaan (biasanya wartawan).
Pihak lain sebagai orang yang diwawancarai atau yang menjawab pertanyaan
(Narasumber). Tujuan wawancara sendiri untuk memperoleh atau menggali informasi
dari manusia. Cara lain juga bisa dilakukan dengan pengamatan (tingkah laku,
kebiasaan), pengukuran (tinggi, berat), serta pengujian (kecakapan).
WAWANCARA JURNALISTIK
Wawancara jurnalistik yakni
wawancara yang dilakukan wartawan dengan sumber berita (narasumber) untuk
mendapatkan informasi yang menarik dan penting bagi khalayak (masyarakat).
Dengan demikian, wawancara jurnalistik bukan untuk kepentingan wartawan maupun
kepentingan sumber berita, tapi untuk kepentingan masyarakat banyak. Maka
pemilihan topik wawancara ataupun penentuan sumber yang diwawancarai harus
berdasarkan pertimbangan kepentingan khalayak.
Itulah mengapa hasil wawancara
jurnalistik selalu menarik bagi khalayak, karena memang dirancang untuk
kepentingan mereka. Apalagi kalau sumber yang dipilih merupakan sumber yang
sangat kompeten dan menarik, pasti hasil wawancaranya akan menarik meski
ditulis oleh wartawan yang tidak terkenal.
Sebab hasil wawancara tersebut akan memberi informasi sekaligus
menghibur mereka.
RAGAM WAWANCARA JURNALISTIK:
1. Wawancara dengan perjanjian, biasanya
dilakukan dengan sumber yang sudah dikenal luas. Kelebihannya, informasi yang didapat sangat ekslusif, tidak diketahui oleh wartawan lain. Namun
wawancara seperti ini perlu persiapan matang agar mendapatkan hasil maksimal.
2. Jumpa Pers/Konferensi Pers,
undangan dari narasumber atau perusahan ke beberapa wartawan untuk mendengar
penjelasan terkait masalah tertentu, lalu diberi kesempatan mengajukan
pertanyaan. Biasanya waktu wawancara sangat singkat sehingga pertanyaan sangat terbatas. Ini
sifatnya terbuka, semua wartawan memperoleh informasi yang sama.
3. Wawancara On The Spot, yaitu
wawancara di tempat kejadian perkara
(TKP), misalnya kecelakaan atau
bencana. Kelemahannnya, pertanyaan diajukan secara spontan kepada
orang yang tidak dikenal. Wawancara dilakukan dalam situasi psikologis yang
sangat tidak kondusif bagi sumber yang diwawancara, misalnya masih sangat
emosional akibat bencana tersebut.
4. Wawancara cegat pintu (door stop), yakni
wawancara dengan cara mencegat tokoh di tempat acara. Keuntungannya, bisa mendapatkan jawaban
spontan karena sumber tanpa persiapan sebelumnya. Kelemahannya, wawancara
kadang berlangsung di tempat ramai dalam suasana terburu-buru.
5. Wawancara via telepon merupakan wawancara
jarak jauh dengan memanfaatkan media
telepon. Bisa juga via SMS atau Black Berry Masseger (BBM). Kelebihan wawancara
ini, bisa dilakukan kapan saja dengan biaya murah. Istilahnya, "kita bisa
masuk ke dapur orang tanpa harus mengetuk pintu. Kelemahannya, tidak semua
sumber bersedia diwawancarai dengan cara ini. Karena kesibukan atau karena
faktor lain.
6. Wawancara on line,
memanfaatkan media internet untuk menghubungi sumber. Tetapi kita harus
mengutip sumber berita tersebut. Misalnya, sumber dari Kabar Cirebon,...
7. Wawancara tertulis dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan tertulis kepada narasumber, agar sumber berita menjawab
secara tertulis. Kelebihannya, wartawan bisa menyusun pertanyaan secara lengkap
dan sumber bisa menjawab dengan
menyertai data. Kelemahannya, belum tentu narasumber mau dan memiliki cukup
waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Kalaupun kita memperoleh jawabannya, belum
tentu berasal dari sumber yang dimaksud.
PERSIAPAN WAWANCARA
Pada dasarnya semua jenis
wawancara perlu persiapan, utamanya saat
wawancara dengan melakukan perjanjian. Persiapan itu antara lain :
1. Tentukan topik. Topik yang dipilih haruslah
yang penting dan menarik bagi khalayak, terutama masalahnya harus aktual di
masyarakat.
2. Tentukan subjek (sumber). Subjek tersebut
haruslah kompeten, yang diyakini bisa memberikan informasi lengkap dan benar berkaitan dengan topik.
Kompetensitas tersebut ditentukan oleh salah satu indikator berikut:
a. Mengalami suatu peristiwa
layak berita,
b. Menyaksikan peritiwa yang
mengandung nilai berita.
c. Menangani suatu peristiwa yang
diberitakan,
d. Ahli tentang suatu
hal/peristiwa yang layak diberitakan, dan
e. orang terkenal (name makes
news). Selain itu, subjek hendaknya kredibel, dapat memberikan informasi layak
dipercaya.
Pelajari topik secermat mungkin.
Baca semua publikasi yang berhubungan dengan topik. Ingat, bukan hanya sumber
saja yang harus kompeten, si pewawancara
juga harus kompeten. Kompetensitas seorang wartawan dapat dilihat dari
pertanyaan yang diajukan dan bagaimana dia mengajukan pertanyaan tersebut.
Apakah pertanyaan yang diajukan dapat menggali informasi yang diperlukan?
Apakah cara dia bertanya bisa mendorong subjek agar mengemukakan jawaban
lengkap dan benar?
Kenali subjek sebaik mungkin.
Maksudnya, sebelum melaksanakan wawancara haruslah mengenal lebih dulu
identitas subjek: wajah (foto), identitas pribadi, gelar, pangkat/jabatan,
karya, kebiasaan, hobi, dan sebagainya.
Pengenalan terhadap subjek sangat penting karena saya pernah melihat
seorang wartawan memanggil sutradara. Semakin detail pengetahuan tentang subjek
makin baik, karena akan membantu dalam menentukan pendekatan terhadap
subjek.Bila perlu bentuk tim. Bicaralah dengan anggota tim tentang fokus perhatian masing-masing (agar
pertanyaan yang diajukan tidak tumpang tindih).
Susun pertanyaan sebanyak
mungkin. Pertanyaan yang disusun harus mencakup semua persoalan yang ingin
diketahui, lalu urutkan pertanyaan tersebut berdasarkan prioritas. Baca sekali
lagi satu persatu rumusan pertanyaan, lalu perbaiki susunan kata yang masih
belum sempurna. Hubungi sumber. Minta kesediaan sumber untuk diwawancara. Catatlah secara cermat kapan dan dimana dia bersedia
ditemui. Jangan lupa memperkenalkan diri: nama dan dari media mana. Jika si
sumber tersebut menyatakan bersedia diwawancara, informasikan juga siapa saja
yang akan menemuinya saat wawancara. Siapkan diri sebaik-baiknya. Siapkan semua peralatan yang
diperlukan (tape, kamera, peralatan tulis lainnya). Juga siapkan kondisi fisik
dan mental untuk melakukan wawancara.
PELAKSANAAN WAWANCARA
Sebaik apapun persiapan, kalau
pelaksanaannya kurang baik, tentu hasilnya tidak mungkin sempuna. Maka dalam
pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Datanglah lebih awal dan
usahakan jangan terlambat, sebab ada sumber
sangat ketat dengan jadual mereka.
2. Mulailah dengan pertanyaan
ringan dan menarik perhatian sumber, misalnya tentang kesibukan, hobi,
atau subjek lain yang menarik baginya.
Usahakan agar proses komunikasi tidak terlalu formal.
3. Carilah kesempatan paling
tepat untuk mengajukan pertanyaan yang disiapkan. Usahakan menghapalnya agar
tidak bolak-balik melihat daftar pertanyaan.
4. Jangan terlalu kaku dengan
urutan pertanyaan, yang penting semua informasi yang diperlukan bisa
didapatkan.
5. Sesuaikan pendekatan dengan
sumber, termasuk di sini cara duduk, cara menyapa, dan cara mengajukan pertanyaan
harus disesuaikan dengan etika dan budaya yang dianut oleh nara sumber.
Misalnya jangan mengajukan pertanyaan terlalu agresif dengan sumber yang
jiwanya sedang tertekan. Jangan menyapa
dengan panggilan "Mas" kalau dia lebih senang disapa "Aa".
6. Ingat, tugas wartawan berusaha mendapatkan informasi sebanyak
mungkin. Maka jangan tergoda dengan basa basi berlebihan. Kadang wartawan
bertemu sumber yang sangat falimiar, mengajak wartawan berbicara mengenai hal
lain di luar topik wawancara.
7. Perlu diingat waktu yang
tersedia sangat terbatas, maka gunakan seefektif mungkin untuk memperoleh
tujuan wawancara. Jangan gunakan waktu
untuk hal-hal di luar tujuan wawancara. Pernah penulis temui, murid penulis yang baru jadi wartawan, ketika
mewawancarai Iwan Fals, dia malah sibuk minta berfoto dengan Iwan dan lupa
mengajukan beberapa pertanyaan penting yang sudah disiapkan. Dia mengaku penggemar berat Iwan Fals sejak
lama.
8. Jadilah pendengar yang baik agar bisa
melaporkan hasil wawancara secara lengkap dan akurat. Kalau menggunakan rekaman, pastikan bahwa
alat perekam tersebut berfungsi. Pernah penulis menyaksikan alat rekaman
wartawan tidak berfungsi sehingga tidak dapat merekam seluruh pembicaraan. Mau
meminta wawancara ulang sudah tidak mungkin, akhirnya wawancara tidak jadi
dimuat karena kesalahan wartawan yang bersangkutan.
9. Jagalah agar jangan sampai
sumber memberi jawaban yang tidak relevan atau mengalihkan pembicaraan. Jika
ini terjadi, ingatkan sumber tapi dengan
cara sopan. Paling baik adalah dengan mengajukan pertanyaan lain yang relevan.
10. Konfirmasi mengenai hal yang
vital, misalnya tentang data statistik, nama, alamat, umur, pendidikan, gelar, pekerjaan, pangkat, jabatan, dan
sebagainya.
11. Konfirmasi
kutipan yang bisa menimbulkan pro kontra di masyarakat. Apalagi kalau
pernyataan itu bisa mengakibatkan
keresahaan bagi sebagian masyarakat.
Yakinkan bahwa pernyataan tersebut benar demikian dan benar diucapkan
oleh sumber. Hal ini penting agar jangan justru wartawanlah yang dipersalahkan,
misalnya dituduh mengutip pernyataan secara tidak akurat.
12. Konfirmasi ulang setiap
pernyataan off the record, sebab menurut Kode Etik Jurnalistik, pernyataan off the record tidak boleh
disiarkan. Maka ajukan pertanyaan lain
yang senada agar sumber bisa memberikan
pernyataan on the record.
13. Konfirmasi setiap pernyataan yang kurang
jelas, namun jangan terkesan sebagai orang yang sangat tidak kompeten.Maka
sejauh menyangkut ketentuan kitab suci, pasal undang-undang, kode etik,
sebaiknya baca langsung di sumbernya.
14. Jangan lupa mengucapkan terima kasih.
Berilah kesan bahwa dia telah menyampaikan informasi sangat berharga untuk
khalayak.
15. Jangan lupa menanyakan dan
mencatat nomor telepon sumber yang paling gampang dihubungi lagi. Mintalah juga kesediaannya
untuk dihubungi kembali jika ada hal-hal
yang perlu dikonfirmasikan.
16. Selalu menjaga hubungan baik. Usahakan selalu menghubunginya
di lain waktu, meski hanya untuk sekedar menyapa, mengucapkan selamat ulang
tahun dan selamat hari raya. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar